Difusi osmosis merupakan suatu sistem transfer molekul melalui suatu membran, yaitu membran semi permeabel. Pada praktikum ini dilakukan suatu percobaan dengan prinsip kerja difusi osmosis menggunakan osmometer membrane kulit katak dan kentang. Osmometer merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui nilai osmosis. Dalam osmometer tersebut terdapat skala ukur yang dapat berfungsi untuk mengetahui kenaikan larutan yang masuk melalui membran.
Dalam percobaan ini selain menggunakan dua osmometer yang berbeda juga menggunakan konsentrasi larutan yang berbeda, yaitu larutan gula 50% dan larutan gula 100%.
Berdasarkan hasil percobaan maka dapat dibahas sebagai berikut:
1. Osmometer membran kulit katak
Kenaikan skala pada pipa respirator yang pangkalnya ditutup dengan kulit katak air merupakan salah satu contoh osmosis karena pada peristiwa ini konsentrasi pelarut (air) pada larutan sukrosa yang di dalam pipa respirator lebih rendah daripada konsentrasi pelarut di sekitarnya, sehingga air akan bergerak melalui membran sel dari konsentrasi tinggi ke konsentarasi rendah. Selain menunjukan peristiwa osmosis pada percobaan osmometer kulit katak ini juga dilakukan percobaan dengan menggunakan konsentrasi sukrosa yang berbeda, yaitu larutan sukrosa 50% dan larutan sukrosa 100%.
Pada percobaan dengan menggunakan larutan sukrosa 100% saat 7 menit pertama pertambahan sebesar 0,01 mL dan pada 7 menit kedua pertambahannya sebesar 0,015 mL. Pada menit ke-21 larutan sukrosa pada respirometer bertambah sebesar 0,20 mL. Pada 7 menit terkhir, pada pipa respirometer terjadi pertambahan volume sebesar 0,025 mL. Total kenaikan larutan sukrosa 100% adalah 0,07 mL. Dari percobaan ini dapat dilihat bahwa konsentrasi larutan sukrosa 100% (konsentrasi air 0%) lebih rendah daripada konsentrasi air. Sehingga terjadi terjadi aliran air dari konsentrasi tinggi (air di dasar tabung) ke larutan sukrosa 100% di dalam respirometer melalui kulit katak.
Pada percobaan dengan menggunakan larutan sukrosa 50% diperoleh data bahwa setiap 7 menit terjadi pertambahan tinggi larutan sukrosa di dalam pipa respirator. Pada 7 menit pertama terjadi pertambahan sebesar 0,005 mL. Pada 7 menit kedua terjadi pertambahan tinggi larutan sebesar 0,005 mL dan pada 7 menit ketiga terjadi pertambahan sebesar 0,01 mL dan selanjutnya pada 7 menit terakhir terjadi kenaikan sebesar 0,005 mL. Total kenaikan volume larutan pada larutan sukrosa 50% adalah sebesar 0,025 mL.
Dari percobaan dengan menggunakan dua jenis konsentrasi larutan sukrosa, dapat diketahui bahwa konsentrasi pelarut (air) mempengaruhi kecepatan osmosis. Semakin tinggi perbedaan konsentrasi, maka akan akan semakin cepat osmosis terjadi. Hal ini dapat dilihat dari total kenaikan larutan pada konsentrasi 100% lebih tinggi dibandingkan kenaikan larutan sukrosa 50% disebabkan perbedaan konsentrasi dengan air 100% (pelarut 100%) lebih tinggi sehingga kecepatan osmosis lebih cepat terjadi pada larutan ini. Percobaan ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa makin besar perbedaankonsentrasi air pada kedua dinding selaput, makin besar kecenderungan terjadinya osmosis, dan dengan demikian semakin besar tekanan osmosis. (Kimball, 1998: 124).
2. Osmometer kentang
Kenaikan skala pada osmometer yang diletakkan pada kentang merupakan salah satu contoh osmosis karena pada peristiwa ini konsentrasi pelarut (air) pada larutan sukrosa yang di dalam osmometer lebih rendah daripada konsentrasi pelarut di sekitarnya, sehingga air akan bergerak melalui membran sel dari konsentrasi tinggi ke konsentarasi rendah. Selain menunjukan peristiwa osmosis pada percobaan osmometer kentang ini juga dilakukan percobaan dengan menggunakan konsentrasi sukrosa yang berbeda, yaitu larutan sukrosa 100%, larutan sukrosa 50% dan 0%.
Pada larutan sukrosa 100%, kenaikan volume larutan naik 0,01 mL setiap 7 menit. Sedangkan pada pipa yang berisi larutan sukrosa 0% terjadi penurunan volume larutan sebesar 0,01 mL. Kenaikan volume larutan sukrosa 100% menunjukkan adanya aliran air dari tempat sekitar kentang ke pipa osmometer melalui membrane semipermeable kentang. Hal ini merupakan peristiwa osmosis karena terjadi aliran pelarut berkonsentrasi tinggi ke larutan berkonsentrasi pelarut rendah. Sedangkan pada larutan sukrosa 0% yang menunjukkan terjadiny aliran air dari sukrosa 0% menuju air murni. Seharusnya tidak terjadi kenaikan ataupun penurunan volume larutan karena tidak ada perbedaan konsentrasi. Perbedaan hasil percobaan dengan teori disebabkan oleh air murni yang digunakan telah terkontaminasi.
Pada osmometer yang menggunakan larutan sukrosa berkonsen-trasi 50% terjadi kenaikan volume larutan walaupun kenaikannya lebih rendah dibandingkan kenaikan pada osmometer yang menggunakan larutan sukrosa 100%. Hal ini dikarenakan perbedaan konsentrasi pelarut airnya lebih tinggi.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Gejala difusi osmotik dapat diamati dengan kenaikan volume larutan dalam osmometer yang menunjukkan aliran pelarut (air) dari tempat berkon-sentrasi pelarut tinggi ke konsentrasi rendah melalui membrane semipermeable.
2. Faktor yang mempengaruhi osmosis adalah perbedaan konsentrasi larutan
3. Prinsip dasar arah aliran air pada peristiwa osmosis adalah dari tempat berkonsentrasi air lebih tinggi ke tempat berkonsentrasi air rendah.
B. DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kimball, John W.1998. Biologi Edisi Ke-4 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Muslim, Choirul.2003. Biologi Molekuler Sel. Bengkulu: Depdiknas.
Reksoatmojo, Isoegranti. 1993. Biologi Sel. Yogyakarta: Depdiknas.
Salisbury, Frank B,dkk. 1995. Fisiologi Tumbuhan Edisi Ke-4 Jilid 1. Bandung: ITB.
kalo sukrosa volumenya tidak bertambah lagi, itu dikarenakan apa?
ReplyDelete