SISI BAIK DAN SISI BURUK DARI TEKNOLOGI
Teknologi merupakan salah satu hasil dari peradaban manusia yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia serta meningkatkan kesejahteraan manusia. Semakin maju peradaban manusia maka akan semakin canggih teknologi yang digunakan. Dalam memasuki Era Industrialisasi, pencapaiannya sangat ditentukan oleh penguasaan teknologi karena teknologi adalah mesin penggerak pertumbuhan melalui industri. Oleh sebab itu, tepat momentumnya jika kita merenungkan masalah teknologi, menginventarisasi yang kita miliki, memperkirakan apa yang ingin kita capai dan bagaimana caranya memperoleh teknologi yang kita perlukan itu, serta mengamati betapa besar dampaknya terhadap transformasi budaya manusia.
Sebagian besar orang beranggapan teknologi adalah barang atau sesuatu yang baru. Padahal, kalau kita membaca sejarah, teknologi itu telah berumur sangat panjang dan merupakan suatu gejala kontemporer. Seperti yang telah kita ketahuai bersama, setiap zaman memiliki teknologinya sendiri-sendiri sesuai dengan tingkat peradaban manusia pada waktu itu. Perkembangan teknologi berlangsung secara evolutif. Sejak zaman Romawi Kuno pemikiran dan hasil kebudayaan telah nampak berorientasi menuju bidang teknologi.
Secara etimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan seni.
Manusia menggunakan teknologi karena manusia mempunyai akal. Dengan akalnya manusia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman dan sebagainya. Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya.Untuk itulah teknologi diciptakan dan dikembangkan oleh manusia agar memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia. Pada satu sisi, perkembangan dunia teknologi yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Kemajuan teknologi benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan manusia.
Ibarat 2 sisi mata uang, teknologi pun juga mempunyai suatu resiko bagi lingkungan alam sekitar. Dibalik kemudahan dan kenyamanan dari ternologi, akan sangat berbahaya bila penggunaan teknologi sudah melebihi batas. Bila kita ambil suatu contoh teknologi industri di pabrik maka selain menghasilkan produk yang bermanfaat juga menghasilkan limbah yang sering mencemari lingkungan. Banyak limbah pabrik yang langsung dibuang ke sungai-sungai sehingga mengotori sungai dan mematikan kehidupan yang ada di sungai. Bila hal ini terjadi terus-menerus maka keseimbangan lingkungan akan terganggu dan lingkungan akan rusak. Untuk itulah perlu kesadaran kita bersama untuk dapat mengolah limbah baik limbah pabrik maupun limbah rumah tangga dengan baik. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan maka limbah-limbah tersebut dapat diolah dan dihilangkan zat-zat berbahayanya. Di samping mengembangkan teknologi untuk membuat produk, manusia juga harus mengembangkan teknologi pengolahan limbahnya dengan menerapkan Ilmu-Ilmu Fisika, Kimia, dan Biologi serta Ilmu-Ilmu lain yang ada. Jika teknologi pengolahan limbah ini dapat diterapkan dengan baik maka keseimbangan ala mini pun tetap akan terjaga.
Seringkali manusia mengabaikan kesembangan alam di Bumi ini. Penggunaan teknologi pasti akan berdampak bagi alam. Terlebih lagi bila sifat serakah manusia dan sifat acuh tak acuh manusia tidak dapat dikontrol lagi maka kerusakan lingkungan tidak akan dapat terhindarkan. Bila lingkungan sudah rusak maka akan sulit untuk diperbaiki dan dampaknya akan sampai ke peradaban manusia itu sendiri.
Di era modern sekarang ini peran teknologi akan sangat menentukan. Tanpa menguasai teknologi maka suatu bangsa akan ketinggalan dari bangsa lain. Dampak terburuk bila suatu bangsa tidak menguasai teknologi adalah bangsa tersebut dapat dijajah oleh bangsa lain yang tingat penguasaan teknologinya sudah maju. Dengan teknologi yang canggih, suatu Negara dapat melakukan Agresi (serangan) terhadap Negara lain bila timbul konflik kedua Negara. Bila dua Negara sudah saling serang maka perang pun tidak dapat terelakkan. Jika sudah terjadi perang maka kedua belah pihak akan berlomba-lomba menggunakan teknologi canggih untuk menghancurkan lawan. Terkadang untuk memenangkan suatu pertempuran digunakan senjata yang dilarang digunakan seperti bom atom. Bila kita tengok kebelakang saat Perang Dunia II, Amerika menggunakan teknologi bom atom untuk menghancurkan Jepang dan akhirnya Jepang menyerah. Namun, dampak yang ditimbulkan sangat berbahaya. Radiasi dari bom atom tersebut sangat mematikan. Kota-kota disekitar tempat pengeboman pun ikut terkena dampak radiasi bom atom tersebut. Tidak hanya sebatas itu, radiasi bom atom tersebut tidak akan hilang dalam satu atau dua tahun melainkan berpuluh-puluh tahun. Beberapa tahun kemudian terjadi persaingan antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991 yang diberi nama "Perang Dingin". Istilah "Perang Dingin" menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut.Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang tersebut akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi.
Meskipun kedua negara adikuasa itu tak pernah bertempur secara langsung, namun konflik di antara keduanya secara tak langsung telah menyebabkan berbagai perang lokal seperti Perang Korea, invasi Soviet terhadap Hungaria dan Cekoslovakia dan Perang Vietnam. Hasil dari Perang Dingin termasuk (dari beberapa sudut pandang) kediktatoran di Yunani dan Amerika Selatan. Krisis Rudal Kuba juga adalah akibat dari Perang Dingin dan Krisis Timur Tengah juga telah menjadi lebih kompleks akibat Perang Dingin. Jika dahulu Perang Dingin berlanjut menjadi perang sebenarnya maka di Bumi akan terjadi kerusakan lingkungan yang besar, terlebih lagi bila pertempuran itu menggunakan Rudal dan Nuklir.
Teknologi memang memberi banyak kemudahan-kemudahan namun juga memiliki resiko merusak lingkungan. Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah teknologi dalam bidang transportasi yakni berupa kendaraan bermotor.
Kendaraan bermotor sangat member manfaat bagi manusia karena dapat mempermudah pekerjaan manusia dalam bidang transportasi menjadi lebih cepat dan efisien. Namun, ada suatu resiko dari penggunaan teknologi kendaraan bermotor yaitu berupa zat-zat sisa pembakaran kendaraan bermotor.
Secara umum asap kendaraan bermotor mengandung polutan seperti Timbal (Pb), debu, CO, SO2, NOx, Hidrokarbon serta O3. Polutan tersebut siap diirup siapa saja. Artinya ketika udara mengandung polutan-polutan tersebut, maka setiap orang yang berada di tempat tersebut terpaksa harus mengirupnya. Ketika polutan tersebut terakumulasi ke dalam tubuh akan beresiko terhadap kesehatan, misalnya memicu penyakit infeksi saluran pernapasan, jatung, mata, darah tinggi, mengganggu sistem kekebalan tubuh, menyebabkan kanker bahkan dapat menyebabkan kematian. Selain itu, polutan tersebut juga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem sehingga terjadi fenomena yang berdampak bagi manusia seperti hujan asam atau efek rumah kaca. Efek rumah kaca dimana CO2 diatmosfer dapat menyerap energi panas dan menghalangijalanya energi panas tersebut dari atmosfer ke permukaan yang lebih tinggi. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya suhu rata -rata di permukaan bumi dan dapat mengakibatkan meningginya permukaan air laut akibat melelehnya gunung-gunung es, yang pada akhirnya akan mengubah berbagai sirklus alamiah.
Debu yang dihasilkan kendaraan bermotor, ukurannya sangat bervariasi. Debu yang berukuran lebih dari 50 mikron dan kasat mata tidak terlalu bermasalah karena masih dapat tersaring oleh bulu hidung. Namun yang ukurannya kurang dari 10 mikron jika terirup bisa bisa langsung menyusup ke paru-paru, mengganggu sistem pernapasan.
Diperkirakan 80% gas CO di perkotaan berasal dari asap kendaraan bermotor. Beberapa kajian membuktikan kosentrasi CO di perkotaan menunjukkan korelasi positif dengan kepadatan lalu lintas. Gas CO jika terirup akan mengganggu fungsi kerja Haemoglobin (Hb) darah dalam mengikat oksigen. Afinitas CO terhadap Hb, 210 kali daripada afinitas O2. Akibatnya oksigen yang disalurkan oleh Hb ke seluruh jaringan tubuh berkurang. Sebuah kajian mengungkapkan jika konsentrasi CO di udara 10 ppm, maka sekitar 2% Hb akan terikat dengan CO. Dampaknya dimulai dari pusing-pusing yang kerap kurang diperhatikan, kemudian terjadi kelainan fungsi susunan syaraf pusat, perubahan fungsi jantung dan paru-paru. Jika kadar CO di udara 250 ppm bisa menyebabkan orang pingsan dan dapat menyebabkan kematian pada kadar 750 ppm. Bagi mereka yang menderita penyakit lain seperti paru-paru, jantung atau pada perokok yang sebagian Hb-nya sudah terikat CO, maka dengan adanya CO di atmosfir akan menyebabkan penyakit yang mereka derita menjadi lebih parah.
Gas SO2 pada konsentrasi 6-12 ppm akan mengakibatkan iritasi pada kulit dan selaput lendir saluran pernapasan bagian atas. Dalam kadar rendah SO2 akan mempengaruhi kerja otot polos pada bronchioli. Pada konsentransi lebih besar SO2 dapat menyebabkan produksi lendir pada saluran pernapasan bagian atas dan jika kadarnya terus bertambah akan menyebabkan peradangan selaput lendir yang disertai kerusakan lapisan epithelium. Iritasi selaput lendir yang berulang-ulang dicurigai sebagai penyebab kanker.
Gas SO2 tidak hanya berpengaruh terhadap manusia dan hewan, tetapi juga pada tumbuhan. Efeknya dapat dilihat pada daun yang berwarna hijau menjadi kuning aatau terjadi bercak-cak putih. Gas SO2 di udara sangat mudah bereaksi membentuk H2SO4 yang sangat korosif. Benda dari karet yang terpapar H2SO4 ini akan cepat rudak, menjadi retak-retak atau terbelah-belah. Gas ini juga yang menyebabkan terjadinya hujan asam yang akan memicu proses korosif (karatan) pada benda-benda yang terbuiat dari besi.
Gas NOx di perkotaan sumber utamanya adalah asap kendaraan bermotor yaitu berupa NO. Di udara NO akan berekasi menjadi NO2 yang bersifat toksis bagi manusia, efeknya tergantung dosis dan lamanya pemaparan. Jika konsentrasi NO2 di udara 50-100 ppm dan terpapar dalam beberapa menit saja dapat menyebabkan peradangan paru-paru. Biasanya untuk bisa sembuh butuh waktu 6-8 minggu. Jika konsentrasi 150-200 ppm dapat menyebabkan pemampatan brochioli (brochiolitis fibrosis obliterans) dan bisa menyebabkan kematian.
Asap kendaraan bermotor juga merupakan sumber utama hidrokarbon di kota. Kadar hidrokarbon di atmosfir ada korelasi positif dengan kepadatan lalu lintas. Hidrokarbon yang dihasilkan kebanyakan metan (CH4). Selain itu diketahui ada 10 jenis hidrokarbon yang dihasilkan dari kendaraan bermotor dan umumnya bersifat karsiogenik. Di atmosfir hidrokarbon akan mengalami reaksi fotokimia yang menghasilkan zat-at yang lebih berbahaya seperti PAN (peroxiasetil nitrat), keton dan aldehida. Jelaga yang juga dihasilkan pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor diketahui terdiri dari ribuan kristal yang saling berhubungan. Pada setiap kristal dapat melekat ratusan PAH (polycyclic aromatic hidrocarbon) yang bersifat karsiogenik.
Ozon (O3) adalah gas yang terdiri dari 3 zat oksigen yang sifatnya tidak stabil dan mudah teroksidasi. Ozon yang ada di lapisan stratosfer (sekitar 20 km dari daratan) membentuk sebuah lapisan (lapisan ozon) yang berfungsi sebagai perisai bagi kehidupan di bumi dari sinar matahari. Namun Ozon di permukaan bumi justru dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Dr. Olson, ahli kimia dan pencemaran udara dari Arizona State University (ASU), Amerika Serikat menyebutkan Ozon di permukaan bumi sumbernya dari mobil (50%), tenaga pembangkit tenaga listrik (20%), dan 30% dari alat pembakaran di industri, gas turbin dan pengecoran baja dan sebagainya.
Ozon bersifat iritan yang kuat terhadap saluran pernapasan. Efek kesehatan ozon timbul karena ozon bereaksi dengan segala zat organik. Jika masuk saluran pernapasan ozon akan mematikan sel-sel makrofag, mengstimulir penebalan dinding arteri paru-paru yang dapat menyebabkan kerusakan paru-paru (ephysema) sehingga kerja jantung kanan dapat melemah. Ozon juga dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan sehingga pengaturan ventilasi paru-paru terganggu. Selain itu, ozon dapat merusak benda yang terbuat dari karet, patung-patung dari marmer, benda dari besi atau baja. Menurut Evironment Protection Agency (EPA) Amerika Serikat, Ozon juga terbukti dapat merusak tekstil terutama dari bahan nylon atau polyester.
Jika melihat dampak dari pencemaran udara yang sumber utamanya adalah teknologi pada kendaraan bermotor, maka tidak ada alasan lagi untuk tidak memberi perhatian serius terhadap masalah ini. Jika sudah begini maka manusia perlu melakukan upaya agar keseimbangan alam tetap terjaga dan tidak merusak lingkungan. Satu upaya yang dapat dilakukan adalah menekan emisi gas buang kendaraan bermotor tersebut. Peraturan tentang emisi gas buang kendaraan bermotor sebenarnya sudah ada dan sudah sangat rinci. Sebut saja UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, atau UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan yang dipertegas dalam PP Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi dan PP Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Dalam peraturan tersebut ditegaskan bahwa setiap kendaraan bermotor wajib melakukan uji emisi. Selain itu juga sudah diatur tentang ambang batas emisi gas buang dan semua kendaraan bermotor harus memenuhi itu. Jika tidak memenuhi syarat maka kendaraan bermotor tersebut tidak layak jalan dan jika itu dilanggar ada sanksinya. Jadi tidak ada alasan bagi aparat berwewenang untuk menunda dan tidak menindak tegas setiap kendaraan yang emisi gas buanganya melebih ambang batas yang sudah ditetapkan.
Secara teknis upaya untuk menekan emisi gas buangan kendaraan bermotor dapat dilakukan. Namun, mungkin tidak semua teknisi yang ada memberi perhatian serius terhadap masalah emisi. Oleh karena itu, upaya sosialisasi disertai pelatihan tentang upaya menekan emisi gas buangan kendaraan bermotor kepada teknisi baik dari bengkel umum maupun bengkel-bengkel perusahaan angkutan umum perlu dilakukan. Pelatihan yang diberikan kepada teknisi beberapa perusahaan angkutan umum di Jakarta dalam program langit biru beberapa tahun lalu terbukti cukup efektif menekan emisi gas buangan dari angkutan umum yang usianya sudah relatif tua.
Upaya lain yang dilakukan untuk menekan tingkat pencemaran udara akibat kendaraan bermotor adalah mengganti bensin bertimbal dengan bensin tanpa timbal. Peningkatan kualitas bahan bakar secara optimasi kualitas bahan bakar harus terus ditingkatkan serta pemakaian bahan bakar minyak (BBM) harus mulai dikurangi, diganti dengan bahan bakar gas (BBG).
Pembakaran Bensin setiap kilometer jarak tempuh akan menghasilkan Pb 0,09 gram dan hidrokarbon 2,2 gram. Sedangkan BBG, tidak menghasilkan Pb dan hanya menghasilkan 1,6 gram hidrokarbon (Sulzer Technical Review, 1987). Menurut laporan EPA (1990) secara komulatif setiap giga joule energi yang dihasilkan, bensin menghasilkan 10.400 gram gas CO, solar 340 gram, sementara BBG hanya 4 gram. Pembakaran bensin juga akan menghasilkan 400 gram NOx, solar 300 gram dan BBG hanya 140 gram. Selain itu perlu pengembangan teknologi ramah lingkungan pada kendaraan bermotor sehingga dengan teknologi yang ramah lingkungan akan dapat menekan angka emisi gas di udara yakni dengan melakukan pengembangan bahan bakar nabati serta mengembangkan bahan bakar alternatif seperti Hidrogen dan Listrik.
Satu lagi upaya yang bisa dilakukan adalah memilih tanaman peneduh jalan atau ruang terbuka hijau di kota yang terbukti memiliki kemampuan untuk menyaring polutan. Sudah banyak kajian yang menyebutkan jenis-jenis tanaman yang bisa dipilih sebagai biofilter polutan di perkotaan. Sekarang tergantung para pengambil kebijakan untuk mau memanfaatkan fungsi dari tumbuhan tersebut. Ini artinya keberadaan ruang terbuka hijau, apakah itu taman kota, hutan kota, tanaman peneduh jalan harus lebih menekankan aspek ekologis.
Pada era sekarang ini, teknologi memang sangat berperan dalam menunjang kehidupan manusia. Manusia umumnya melakukan intervensi fungsi dengan menggunakan berbagai teknologi yang dikuasai. Dengan teknologi manusia dapat menjadi lebih mudah, lebih cepat, lebiah efisien, dan lebih nyaman dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, jangan sampai dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia mengabaikan keseimbangan lingkungan alam. Manusia hendaknya mengurangi entropi dari penggunaan teknologi agar tidak mengganggunkeseimbangan lingkungan. Tindakan-tindakan eksplorasi Sumber Daya Alam menggunakan teknologi modern hendaknya diimbangi dengan tindakan perlindungan alam sehingga tidak terjadi kerusakan lingkungan. Dengan ilmu pengetahuan manusia harus dapat mengembangkan teknologi yang baik, baik bagi manusia maupun baik bagi lingkungan. Teknologi diharapkan dapat mengefisiensikan pemanfaatan sumber daya sehingga makin meminimalkan entropi. Oleh karena itu beberapa orang meramalkan bahwa teknologi akan menjaga kita semua dari kerusakan lingkungan hanya jika kita berusaha melaksanakan dengan tegas perubahan sebaik mungkin. Dengan penggunaan teknologi yang sesuai aturan maka lingkungan ini tidak akan rusak sehingga peradaban manusia di masa yang akan datang akan tetap terjaga.
.
DAFTAR PUSTAKA:
Anonim. 2009. Saatnya Aturan Emisi Kendaraan Bermotor Diberlakukan. Diambil dari http://infoekologi.com/2009/11/saatnya-aturan-emisi-kendaraan-bermotor-diberlakukan/, pada tanggal 10 Juni 2011 jam 20.10 WIB.
Anonim. 2011. Emisi Gas Buang Bermotor & Dampaknya Terhadap Kesehatan. Diambil dari http://www.scribd.com/pdf /, pada tanggal 10 Juni 2011 jam 20.21 WIB.
Anonim. 2011. Emisi Gas Buang. Diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/ Emisi_gas_buang, pada tanggal 10 Juni 2011 jam 20.23 WIB.
Anonim. 2011. Perang Dingin. Diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/ Perang_Dingin, pada tanggal 10 Juni 2011 jam 20.39 WIB.
Bintoro. 1998. Pencemaran Lingkungan. Diambil dari http://www. scribd. com/doc /7777351/, pada tanggal 10 Juni 2011 jam 20.50 WIB.
Wuryadi. 1985. Lingkungan sebagai Suatu Sistem Ekologi. Edisi Kedua. Yogyakarta: FMIPA IKIP Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment